Senin, 06 Februari 2012

CERITA Gunung & Rakyat


Pertemuan Pertama di Gunung Talaga Bodas

Saya adalah seorang perempuan yang lumayan cantik, menarik, pintar dan agak narsis, buktinya saya selalu memuji diri saya sendiri (hehehe....), lebih baik begitu dari pada gak ada yang muji. Rumah saya terletak di sebuah desa di kaki gunung talaga bodas, tepatnya di desa Barunay (maaf,,,bukan Brunei Darusalam), tepatnya di Kecamatan Pangatikan - Kabupaten Garut. Desa yang elok dengan rakyatnya yang rukun dan sejahtera, meskipun kami tinggal jauh dari kota, tetapi kebanyakan rakyat di desa kami hidup secara mandiri, mereka bermata pencaharian sebagai petani dan pembuat batu-bata merah.
Jalan ke desa kami berkerikil oleh bebatuan, becek dan gak ada ojek (hehehe seperti kata cinta laura), tetapi jika kita berjalan terus sampai ke desa kami, rasa cape itu akan sirna karena terbayar oleh pemandangan alam yang sangat indah, seindah senyuman dibibirku (Asyik,,,). Kita juga bisa melihat aliran sungai yang masih bersih, yach...aliran sungai yang terbentuk secara alami, bekas aliran lahar dari peristiwa Gunung Galunggung, makanya banyak sekali batu-batu besar dan pasir di sungai tersebut, sehingga dimanfaatkan oleh rakyat desa untuk membangun rumah mereka.
Pada kesempatan ini saya tidak akan bercerita tentang Desa saya yang elok dan belum terjamah oleh tangan manusia, karena saya gak mau desa saya yang elok terkotori, tetapi saya akan bercerita tentang kegemaran saya yang suka berolah raga pagi pada hari minggu dengan jalur menuju ke gunung talaga bodas, setelah berolah raga saya selalu mandi air hangat yang ada di telaga itu. Pada suatu hari, hari yang tak terduga, hari dimana saya pertama kali bertemu dengan seorang laki-laki tampan, yang sedang melakukan wisata ke gunung talaga bodas. Masih jelas dalam ingatan saya laki-laki itu berkulit putih, berwajah indo, bermata cokelat, laki-laki yang sempurna, tampan dan berwibawa. Laki-laki itu memakai kemeja berwarna cokelat dengan celana jins dan membawa tas ransel, yang paling mengejutkan, dia terus melihat saya dari ujung rambut sampai ujung kaki, saya jadi sangat gerogi sekaligus senang (maklum wanita cantik suka diperhatikan seperti itu). Pada waktu itu juga dia terus berjalan lurus ke tempat saya berada, jantung saya berdetak sangat kencang, sekencang angin yang berhembus di gunung talaga bodas,
“mengapa ada laki-laki setampan itu dan melihat ke arah saya?”...tanya saya dalam hati.
Ketika mukanya sudah dekat, mata kami saling memandang. Lalu dia berbisik tepat sekali di telinga sebelah kiri ku “Maaf celana anda reseletingnya terbuka”...
Degggggg......muka saya langsung memerah, kusut, malu....ternyata saya telah melakukan kesalahan, dengan segera saya menutup reseleting celana saya.
“hehehe...terimakasih. Mmmmm bolehkah saya tahu siapa nama anda?” Kata saya sambil malu dan asal ceplas-ceplos bicara saja.
“Jimsel, nama saya” jawabnya
“Ohhh,,,nama saya emi” kataku sambil memberikan tangan, tak ku sangka di menyambutnya, dan berjabat tanganlah dia dan aku.
Itu lah pertemuan pertama saya dengan Jimsel, laki-laki indo yang tapan dan rendah hati dan tidak sombong. Pertemuan kedua ku dengan nya terjadi secara kebetulan, ketika didesa kami mengadakan upacara gunung tumpeng untuk menyambut pesta panen. Menurut kepercayaan rakyat desa barunay ketika sebelum panen tiba setiap warga masing-masing rumah harus membuat tumpeng berbentuk gunung, kemudian mengadakan upacara penyambutan dewi sri yang dipimpin oleh pupuhu kampung, fungsinya agar panen kali ini berhasil.
Saya pun mengikuti upacara gunung tumpeng, setelah upacara selesai, semua tumpeng di kumpulkan di lapangan untuk diambil secara berebut oleh rakyat desa Barunay, ketika terompet dibunyikan saya langsung lari, tapi sayang badan saya yang kecil ini tertubruk dan terjatuh ke tanah, sangat sakit, tak kusangka jimsel datang dan membopongku sampai ke pinggir lapangan, bahkan luka saya pun diobati. Dia begitu telaten dan baik hati, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih atas pertolongannya, dia menuliskan no telepon dan alamat tempat tinggalnya di Jakarta, dan dia memberi tahu saya bahwa dia akan pergi sekarang juga, karena liburannya sudah selesai.
Dari kejadian waktu itu kami secara diam-diam sering sekali berkomunikasi baik melalui surat maupun telepon, bahkan dia suka sekali memberi motivasi agar saya terus belajar dan meraih semua mimpi-mimpi saya. Hubungan kami baik, bahkan sangat baik. Namun sayangnya saya harus menyimpan rasa cinta itu, karena menurut kepercayaan di desa kami jika seorang wanita di desa kami menikah dengan orang asing, maka akan terjadi mala petaka yang akan menimpa seluruh rakyat di desa kami.
Ah...andai tidak ada kepercayaan seperti itu, mungkin pertemuan pertamaku di gunung talaga bodas akan berlanjut menjadi kisah cinta sampai sekarang. Tapi saya yakin,,,Alloh tahu yang terbaik bagi saya. Mudah-mudahan saja wanita cantik ini akan memiliki jodoh yang seganteng nabi Yusuf, sekaya nabi Sulaiman, sesoleh nabi Muhammad SAW dan sepintar Prof. Mohamad Surya. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar