Jumat, 14 Desember 2012


Rahasia Rezeki

Pada saat kita dalam kandungan Ibu, maka 3 hal telah ditetapkan Allah swt; hidup- mati, rezeki dan jodoh. Ketiga hal ini merupakan rahasia Allah swt dan tersimpan dalam Lauhul Mahfuz. Kita coba telaah salah satu dari ketiga rahasia Allah swt tersebut, yakni rezeki.

Rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah swt, baik rezeki yang halal maupun yang haram. Timbul pertanyaan: “Kenapa saya harus dihisab atas rezeki yang haram, sedangkan Allah telah menetapkannya untuk saya?”.

Jawabannya adalah, Allah swt memberikan kemampuan manusia untuk memilih rezeki halal atau haram, sedangkan orang-orang yang beriman tidak akan menjulurkan tangannya meraih rezeki yang haram. Jika ia dalam kesusahan, maka dia akan tetap bersabar dan selalu berusaha (ikhtiar) untuk meraih rezeki yang halal.

Wahai manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang halal dan baik yang terdapat dibumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 168).


Jika hari ini kita ditakdirkan memperoleh rezeki 100 ribu rupiah, maka ada 3 kemungkinan yang akan terjadi:
1.    Kita mencopet, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan dosa.
2.    Kita bekerja secara halal, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan pahala.
3.    Kita duduk saja dirumah dan tiba-tiba saudara kita datang memberikan 100 ribu, maka kita akan memperoleh 100 ribu serta tanpa pahala dan dosa.

Jumlah rezeki telah ditetapkan oleh Allah swt, tetapi proses mendapatkannya merupakan pilihan-pilihan yang diberikan kepada manusia dan penetapan pilihan ini yang akan dihisab oleh Allah swt. Jumlah rezeki tidak tergantung dari proses sebab-akibat yang dilakukan oleh manusia. Karena jika tergantung dari sebab-akibat, maka seorang tukang becak yang bekerja keras seharusnya lebih kaya dari seorang Manager yang banyak duduk, maka seorang ulama yang shaleh dan berdo’a dengan khusyu’ lebih kaya dari seorang Direktur yang mengabaikan perintah Allah swt. Tetapi bukannya kita tidak perlu bekerja keras dan berdo’a karena keduanya perintah Allah dan menjadi ibadah. Untuk itu kita seharusnya tidak perlu berputus asa dalam mengarungi kehidupan ini, karena rezeki itu akan sampai “kealamat” yang benar (pemiliknya).

Mereka semua (mukmin atau kafir) masing-masing Kami limpahi karunia, karena sesungguhnya pemberian Rab-mu tiada terhalang kepada siapapun. (Qs. Al-Israa’ [17]: 20).

Seringkali kita menganggap bahwa rezeki berupa kekayaan materi semata; uang, rumah, mobil, perhiasan, perusahaan, tanah, dan lain-lain. Padahal rezeki adalah semua yang dapat kita manfaatkan; udara (oksigen) yang kita hirup, kebutuhan air, cahaya matahari, hasil hutan, hasil bumi/tambang adalah rezeki juga. Bahkan kecerdasan otak, kefasihan bicara dan kekuatan/kesehatan tubuh-pun termasuk rezeki karena dengan modal itu kita dapat bekerja.

Harta yang kita peroleh tidak otomatis menjadi rezeki kita, karena rezeki adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh pemiliknya. Seorang yang kaya belum tentu semua hartanya merupakan rezekinya, jika ia termasuk orang yang sangat kikir sehingga ia tidak membeli rumah tetapi mengontraknya, ia tidak membeli mobil tetapi naik angkutan umum, pakaiannya jarang diganti yang baru, tidak berzakat/infaq. Sehingga hartanya semakin berlimpah dan pada saat ia meninggal harta itu menjadi milik ahli warisnya dan tidak bermanfaat sedikitpun bagi dirinya. Karena pada saat seorang manusia meninggal maka terputus amalannya kecuali 3 hal:

1.    Ilmu yang bermanfaat (mengajarkan al-Quran/da’wah, mengaji, shalat, dan lain-lain)
2.    Shadaqah yang dimanfaatkan orang lain (membangun mesjid, pengairan, dan lain-lain)
3.    Do’a anak yang shaleh

Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendo’akannya (Al-Hadist).

Walhasil, rezeki kita akan menuju kepada 3 arah saja:
  1. Segala sesuatu yang dimakan dan akan menjadi kotoran (makanan, minuman, obat, dan lain-lain)
  2. Segala sesuatu yang digunakan dan akan menjadi sampah (pakaian, sepatu, kendaraan, dan lain-lain)
  3. Segala sesuatu yang diinfaqkan dan akan menjadi tabungan akhirat

Selain ketiga hal diatas bukan rezeki kita, tetapi kita hanya diberi amanah untuk mencarinya, menjaganya dan menyerahkannya kepada pemilik yang sebenarnya (pemilik asli).

Allah swt selalu menguji keimanan seseorang dan ujian itu tidak hanya berupa kesulitan/musibah tetapi kesenangan merupakan ujian juga. Rezeki yang melimpah menjadi ujian bagi manusia, apakah dimanfaatkan dijalan yang halal, dibayarkan zakatnya, untuk membantu fakir miskin/saudara/tetangga, diinfaqkan untuk da’wah Islam atau untuk naik haji. Atau disimpan saja tanpa mempedulikan hal-hal diatas, sehingga rezeki ini membawa petaka bagi dirinya dan termasuk orang-orang yang merugi.

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebajikan sebagai suatu ujian, dan kepada Kami kamu akan dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa’ [21]: 35).

Seseorang yang kaya raya maka hisabnya di Yaumil akhir lebih lama, karena khusus masalah harta ini ada dua pertanyaan; bagaimana cara memperolehnya? dan untuk apa digunakan? Sehingga seorang konglomerat Abdurrahman bin Auf, termasuk 10 sahabat yang dijanjikan masuk syurga, saat diberitakan Nabi saw bahwa Abdurrahman bin Auf merangkak masuk syurga karena banyaknya harta yang ia punya dan lamanya hisab yang harus dijalaninya. Mendengar hal itu, kemudian Abdurrahman bin Auf menginfaq-kan seluruh hartanya berupa 40.000 dirham emas (1 dirham = 4,25 gram emas murni, sehingga sekitar 16 milyar rupiah!) ditambah perak, unta dan kuda untuk menegakkan agama Allah. Sanggupkah kita menjadi Abdurrahman bin Auf?, dimana semua hartanya menjadi rezekinya.

Untuk itu sekarang menjadi pilihan kita atas harta yang kita peroleh, memanfaatkannya dijalan Allah sehingga menjadi rezeki kita dan tabungan akhirat atau menjadi kotoran dan sampah. Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang pintar memanfaatkan hartanya; membayar zakat, naik haji, infaq untuk fakir miskin/mesjid/da’wah dan untuk ibadah. Pilihan kita untuk menentukannya, menjadikannya rezeki kita dan bermanfaat atau hanya sia-sia saja.



Wallahua’lam

Minggu, 19 Agustus 2012

Sepuluh Karakter Suami Ideal


Sepuluh Karakter Suami Ideal
Karakter pertama, suami ideal memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan perbuatannya setiap hari. Para suami selalu memiliki catatan yang sama, bahwa istri mereka amat sangat cerewet. Terlalu banyak bicara, terlalu banyak komentar, dan suka memberi nasihat tanpa diminta. Namun sebagai suami, kita tidak layak mencaci maki, memarahi dan membenci istri.
Jika tidak suka dengan perkataan atau perbuatannya, nasihati, ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Jika melihat ada kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus kita untuk mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi kekurangan yang dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan kasih sayang untuk istri Anda.
Karakter kedua, suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah yang menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan pendapat dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui kesalahan yang dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan kesalahan dan kekurangan istri?
Itulah yang disebut dengan ego. Ada ego lelaki, ada ego perempuan. Dalam suatu pertengkaran antara suami istri, ego masing-masing memuncak tinggi. Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mendahului meminta maaf, tidak ada yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam setiap konflik dan pertengkaran suami istri, selalu ada andil kesalahan dari kedua belah pihak. Keduanya mesti memiliki andil dalam menciptakan suasana konflik. Maka, tundukkan selalu ego Anda, untuk istri Anda tercinta, demi keharmonisan rumah tangga.
Karakter ketiga, suami ideal mampu membahagiakan istri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Istri merasa nyaman dan tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih optimal dalam menunaikan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan mendukung berbagai keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.
Yang perlu diketahui para suami, membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua yang diinginkan istri, namun bab bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya. Inilah hakikat yang lebih utama dan penting. Para suami sangat penting mengetahui jalan untuk menyentuh hati dan perasaan istri, sehingga lebih bisa menyelami hal-hal apakah yang membahagiakan jiwanya, apakah yang menenteramkan hatinya, apakah yang sangat diharapkannya.
Bahagiakan selalu istri Anda, dan lihatlah hasilnya, ia akan bersedia memberikan bantuan apapun yang Anda minta.
Karakter keempat, suami ideal selalu fokus melihat sisi kebaikan dan kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.
Semenjak awal pernikahan, seharusnya sudah ada kesadaran yang tertanam dalam diri suami dan istri, bahwa pasangan hidupnya bukanlah malaikat, bukanlah manusia super yang terbebas dari kelemahan. Para suami hendaknya menyadari, istri yang dinikahi itu hanyalah perempuan biasa saja, yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah Tuhan mengutus Anda untuk melengkapi kekurangannya, untuk memperbaiki sisi kelemahannya.
Lupakan saja berbagai kekurangan dan kelemahannya, fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihannya.
Karakter kelima, suami ideal memiliki peta kasih yang lengkap terhadap istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang pasangan akan memberikan banyak sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah menumbuhsuburkan cinta dan kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya. Dengan mengenal secara mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang muncul adalah suasana saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara mereka. Tidak ada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk perubahan sekecil apapun telah mereka ketahui bersama.
Cara yang paling sederhana untuk mengetahui detail perubahan dan perkembangan adalah dengan selalu mengobrol setiap saat, setiap waktu. Biasakan mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa perlu membatasi atau menentukan tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A sampai Z, semua bisa diobrolkan oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol itulah berbagai hal bisa diketahui oleh pasangan. Suami menjadi mengerti pikiran istri, dan istri bisa mengerti pikiran suami.
Karakter keenam, suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh. Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Jika pada kondisi seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata yang menyakitkan, menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti fisik istri, artinya Anda menjauh.
Jika istri Anda tengah mengeluhkan sesuatu kepada Anda, bagaimanakah Anda merespon keluhannya? Jika Anda cepat mengkritik, bahkan cepat menyalahkan istri, itu pertanda Anda menjauh darinya. Anda tidak berusaha untuk mendekat dan menenteramkan hatinya, namun justru membuat garis pemisah yang semakin tajam antara Anda dengan istri Anda.
Sebagai suami, teruslah berusaha mendekat istri, jangan menjauh. Saat istri tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan apalagi kekerasan serta kekasaran sikap. Mendekatlah terus kepada istri, dan jangan menjauh.
Karakter ketujuh, suami ideal memiliki keterampilan praktis kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istri, sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang tidak memiliki tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di rumah langsung istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah dalam menjalankan kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan praktis kerumahtanggaan dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.
Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan.
Bagilah peran secara berkeadilan, melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang, bukan pemaksaan kehendak atau intimidasi. Semua untuk menjaga cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Karakter kedelapan, suami ideal memberikan kesempatan dan dorongan kepada istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan dari suami dan istri.
Definisikan format prestasi, dan sepakati bersama dalam keluarga. Setelah ada kesepakatan, maka dukung dan doronglah istri untuk berprestasi. Rayakanlah setiap keberhasilan dan capaian prestasi suami dan istri, dalam suasana kehangatan cinta dan kasih sayang. Apabila suami mencapai peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan dorongan istri serta anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu karena dukungan dan dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira, berbangga dan mampu merayakannya.
Karakter kesembilan, suami ideal selalu tampak “young and fresh” di hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang perfect, seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau keringat yang menyengat, penampilan yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian dan keserasian dalam berpakaian, menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.
Tidak layak semua tenaga, pikiran dan perhatian Anda habiskan di kantor dan di tempat berkegiatan di luar rumah. Sementara Anda pulang dengan membawa tenaga sisa, pikiran sisa, hati sisa, dan perhatian sisa. Cinta dan kasih sayang seperti apa yang Anda harapkan tumbuh berkembang di dalam kehidupan keluarga apabila semua dibangun di atas sisa-sisa?
Jangan bawa beban masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan bergairah menemui istri serta anak-anak.
Karakter kesepuluh, suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan kembali makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau ikatan. Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan perjanjian agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh orang tua, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara. Sedemikian sakral prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Motivasi menikah adalah ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat melaksanakan akad nikah di depan petugas pernikahan. Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, ikatan ini bisa mengendur dan melemah, maka harus selalu disegarkan dan dikuatkan.
Demikianlah ringkasan keterangan sepuluh karakter suami ideal. Semoga ada manfaatnya untuk membawa kita menuju kondisi yang lebih baik.

SOAL PRETES DAN POSTES PENILAIAN BEBASIS KELAS Diklat Guru PAI SD Angkatan II


SOAL PRETES DAN POSTES
PENILAIAN BEBASIS KELAS
Diklat Guru PAI SD Angkatan II
Pilihlah Salah satu Jawaban yang Paling Tepat!
1. Penilaian kelas adalah jenis penilaian yang harus dilakukan oleh:
    1. Sekolah
    2. Pemerintah
    3. Guru
    4. Siswa
2. Manfaat Penilaian Kelas di antaranya adalah:
a.       Menguji Kemampuan Siswa
b.      Umpan balik bagi guru dan siswa
c.       Titik awal melakukan pengajaran
d.      Kepentingan guru untuk menguji siswa
3. Fungsi PBK secara umum adalah:
a.      Membuat Pertimbangan dan keputusan Administratif
b.      Alat untuk menetapkan metode dan media yang tepat
c.      Untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan suatu sitem pembelajaran yang digunakan
d.      Motivasi, belajar tuntas, efektifitas pengajaran dan umpan balik
  1. Perbedaan realibilitas dan objektivitas pada penilaian adalah:
    1. Realibilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes sedangkan objektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring
    2. Reliabilits menekankan ketetapan pada sistem skoring sedangkan objektivitas menekankan ketetapan dalam hasil tes
    3. Reliabilitas menekankan pada cara, objektivitas pada tujuan
    4. Reliabilitas menekankan pada tujuan, objektivitas pada cara
  2.  Kompetensi yang yang harus dicapai melalui seluruh mata pelajaran dalam kurikulum adalah pengertian dari:
    1. Penilaian Kompetensi dasar mata Pelajaran
    2. Penilaian Kompetensi lintas Kurikulum
    3. Penilaian Kompetensi tamatan
    4. Penilaian Kompetensi lulusan
  3. Salah satu penggunaan hasil penilaian adalah:
    1. Mengadakan Diagnosa
    2. Untuk pembanding
    3. Untuk mengetahui perlu tidaknya diberikan tambahan pelajaran
    4. Membangkitkan motivasi peserta didik
  4. Yang tidak termasuk prinsip dalam PBK adalah:
    1. Terpadu
    2. Sahih
    3. Akuntabel
    4. Tepat waktu
  5. Di bawah ini merupakan rambu-rambu penilaian kelas, kecuali:
    1. Melakukan semua jenis penilaian
    2. Multi cara dan multi alat
    3. Memandang penilaian dan proses pembelajaran secra terpadu
    4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan peserta didik

  1. Ketika seorang guru hendak menetapkan satu jenis penilaian kelas, acuan pertama dalam penetuan tersebut adalah:
    1. Banyaknya Jumlah materi
    2. Kemungkinan kemampuan siswa dalam menyelesaikannya
    3. Kompetensi yang harus dicapai
    4. Ketersediaan alat evaluasi
  2. Dibawah ini yang bukan merupakan keunggulan melakukan beberapa jenis penilaian kelas yang dilakukan guru adalah:
    1. Memberikan kesempatan keapada siswa untuk menunjukkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
    2. Memberikan motivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran berikutnya
    3. Menciptakan suasana yang inovatif dan menyenangkan
    4. Menjadikan evaluasi sebagai satu-satunya cara mengetahui kemampuan siswa.
  3. Dalam melakukan evaluasi, harus sahih,  itu berarti:
    1. Tepat
    2. Cepat
    3. Valid dan reliabel
    4. memudahkan

Sabtu, 11 Agustus 2012


Mata Kuliah    : Landasan Pembelajaran
Program Studi : Teknologi Pembelajaran
Dosen              : Prof.Dr.H.Wina Sanjaya,M.Pd.
Sufat               : Take home exam
Nomor soal      : 2

Tujuan merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Melalui tujuan guru dapat lebih mendesain proses pembelajaran. Dilihat dari hirarkhisnya tujuan pembelajaran itu terdiri atas tujuan yang sangat umum yang diistilahkan dengan aim atau purpose. Tujuan seperti ini selain bersifat filosofis juga bersifat politis, dan ada juga tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran baik disitilahkan dengan goals  dan objective, yang salah satu sifatnya  adalah rumusan tingkah lakunya yang observable. Dilihat dari jeninya, Bloom membaginya dalam tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, yang sekarang telah direvisi oleh Anderson. Anda diminta untuk:
1.      Mendeskripsikan secara rasional pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran serta menggambarkan keterkaitan antara tujuan dalam sebuah bagan yang jelas disertai keterangannya.
2.      Menemukan keterkaitan antara tujuan dengan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar maumpun indikator hasil belajar.
3.      Menguraikan komponen-komponen dalam rumusan tujuan pembelajaran disertai contohnya.
4.      Mendeskripsikan  beberapa perubahan rumusan tujuan  Bloom oleh Anderson dan bagaimana komentar Anda tentang perubahan tersebut.
5.      Mengambil salah satu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran yang Anda minati kemudian menjabarkannya dalam beberapa indikator hasil belajar, sehingga Anda merasa yakin  bahwa SK dan KD itu dapat tercapai.

Catatan:
1.       Jawaban ditik dengan jarak 1,5 spasi pada kertas A4 ukuran kuarto dengan jenis huruf Times New Roman ukuran 12.
2.       Jawaban (hard copy-nya) dikumpulkan  beserta tugas laporan Buku pada tanggal 16 Februari  2012
3.       Cantumkan buku sumber yang menjadi rujukan untuk menjawab soal di atas.

Selamat Bekerja

JAWABAN  UJIAN TENGAH SEMESTER

Tujuan merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Melalui tujuan guru dapat lebih mendesain proses pembelajaran. Dilihat dari hirarkhisnya tujuan pembelajaran itu terdiri atas tujuan yang sangat umum yang diistilahkan dengan aim atau purpose. Tujuan seperti ini selain bersifat filosofis juga bersifat politis, dan ada juga tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran baik disitilahkan dengan goals  dan objective, yang salah satu sifatnya  adalah rumusan tingkah lakunya yang observable. Dilihat dari jeninya, Bloom membaginya dalam tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, yang sekarang telah direvisi oleh Anderson. Anda diminta untuk:
1.      Mendeskripsikan secara rasional pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran serta menggambarkan keterkaitan antara tujuan dalam sebuah bagan yang jelas disertai keterangannya.
Komponen tujuan memiliki fungsi yang sangat penting dalam system pembelajaran. Kalau kita ibaratkan, tujuan adalah komponen jantungnya dalam system tubuh manusia. Karena terjadinya proses pembelajaran manakala terdapat tujuan yang harus dicapai. Dengan demikian, sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan mrupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah perencanaan program pembelajaran.





Upaya
Guru

 

·    Mengembangkan strategi mengajar
·    Menggunakan Metode Mengajar
·    Teknik berkomunikasi
·    Merancang Sumber Belajar
 

 

 


 








Gambar diatas tentang tujuan sebagai sentral pembelajaran
Ada beberapa alasan, mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran. Pertama, rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indicator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar. Sekaitan dengan itu, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar. Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain system pembelajaran. Artinya dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.

2.      Menemukan keterkaitan antara tujuan dengan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar maumpun indikator hasil belajar.
Tujuan itu bersifat kompleks, artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa, agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan bertingkahlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar atau Standar Kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya. Dengan demikian, dalam suatu mata pelajaran terdapat beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai sebagai criteria pencapaian standar kompetensi. Kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum.
Kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku yang bersifat umum sehingga masih sulit diukur ketercapaiannya. Tugas guru dalam mengembangkan program perencanaan salah satunya adalah menjabarkan kompetensi dasar menjadi indicator hasil belajar. Indikator hasil belajar inilah yang menjadi kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi dasar.
Indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Dengan demikian, indicator hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diobservasi (observable). Artinya, apa hasil yang diperoleh setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.

3.      Menguraikan komponen-komponen dalam rumusan tujuan pembelajaran disertai contohnya.
Ada empat komponen pokok yang harus tampak dalam rumusan indikator hasil belajar seperti yang digambarkan dalam pertanyaan berikut:
1)   Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau mencapai hasil belajar itu?
2)   Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat dicapai itu?
3)   Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
4)   Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh?
      Pertanyaan pertama, berhubungan dengan subjek belajar. Rumusan indicator hasil belajar sebaiknya mencantumkan subjek yang melakukan proses belajar, misalkan siswa, peserta belajar, peserta penataran dan lain sebagainya. Penentuan subjek ini sangat penting menunjukkan sasaran belajar.
      Pertanyaan kedua berhubungan dengan tingkah laku yang harus muncul sebagai indicator hasil belajar setelah subjek mengikuti atau melaksanakan proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil belajar itu dirumuskan dalam bentuk kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui performance siswa. Any learner performance, action, or operation which is observable. Melalui kemampuan yang terukur itu dapat ditentukan apakah belajar yang dilakukan oleh siswa sudah berhasil mencapai tujuan atau belum. Istilah-istilah tingkah laku yang dapat diukur sehingga menggambarkan indicator hasil belajar itu diantaranya: mengidentifikasi (identify), menyebutkan (name), menyusun (construct), menjelaskan (describe), mengatur (order), dan membedakan (different). Sedangkan istilah untuk tingkah laku yang tidak terukur sehingga kurang tepat dijadikan sebagai tingkah laku dalam tujuan pembelajaran karena tidak menggambarkan indicator hasil belajar, misalnya: mengetahui, menerima, memahami, mencintai, mengira-ngira dan sebagainya.
      Pertanyaan ketiga berhubungan dengan kondisi atau dalam situasi dimana subjek dapat menunjukkan kemampuannya. The situation in which the behavior occurs. Rumusan tujuan pembelajaran yang baik harus dapat menggambarkan dalam situasi dan keadaan yang bagaimana subjek dapat mendemonstrasikan performance-nya.
      Pertanyaan keempat berhubungan dengan standar kualitas dan kuantitas hasil belajar. Artinya standar minimal yang harus dicapai oleh siswa. Standar minimal ini kadang-kadang harus tercapai seluruhnya atau 100%, namun kadang-kadang juga hanya sebagian saja. Kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan teknis atau skill, misalnya biasanya standar minimal harus seluruhnya tercapai sebab kalau tidak akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Seorang calon dokter misalnya, tentu saja harus memiliki keterampilan 100% menggunakan pisau bedahnya; demikian juga seorang pilot, harus memiliki kemampuan yang utuh tentang kemampuan yang diajarkannya; seorang pembuat komponen kendaraan misalnya pembuat baut, harus dapat mencapai hasil yang maksimal tentang keterampilannya, sebab jika tidak dapat mempengaruhi produk yang dihasilkannya. Namun demikian, seorang siswa SMP tidak seharusnya menunjukkan kemampuan maksimal 100% dari hasil belajar yang diharapkan. Misalkan diajarkan 3 jenis sistem pemerintahan yang diharapkan siswa dapat menjelaskan dua diantaranya dengan baik dan benar. Dari rumusan tersebut, jelas adanya batas minimal yang harus dikuasai. Contoh lainnya, misalnya diajarkan 5 teori tentang asal-usul kehidupan, diharapkan siswa dapat menyebutkan 3 diantaranya.

Dari keempat kriteria atau komponen dalam merumuskan tujuan pembelajaran, maka sebaiknya rumusan tujuan pembelajaran mengandung unsure ABCD, yaitu Audience, Behavior, Condition dan Degree.

4.      Mendeskripsikan  beberapa perubahan rumusan tujuan  Bloom oleh Anderson dan bagaimana komentar Anda tentang perubahan tersebut.
Tingkatan tujuan koognitif menurut Bloom, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Klasifikasi tujuan menurut Bloom sifatnya berjenjang, artinya setiap tujuan yang ada di bawahnya merupakan persyaratan untuk tujuan berikutnya. Oleh sebab itu, tujuan yang berhubungan dengan pengetahuan merupakan tujuan yang paling rendah; sedangkan kemampuan mengevaluasi dalam aspek kognitif merupakan tujuan tertinggi.
 





Mencipta
 
Mengevaluasi
 
Menganalisis
 
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta perkembangannya tuntutan komunitas pendidikan, Anderson dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomi of Educational Objectivites (2001), revisi taksonomi dilakukan dengan memasukkan unsur metacognitive sebagai bagian tertinggi dari domain kognitif, yang kemudian dinamakan meng-create (mencipta) menggantikan posisi evaluasi dan menarik sintesis. Hasil revisi taksonomi semua tingkatan dalam domain kognitif yang asalnya kata benda diubah menjadi kata kerja, misalnya tingkatan pertama yang disebut dengan  pengetahuan (knowledge) diubah menjadi mengingat (remembering). Demikian juga dengan pemahaman (comprehension) diubah menjadi memahami (understand). Tingkatan dalam domain kognitif hasil revisi tersebut digambarkan dalam gambar berikut :


 




Disamping itu revisi juga dilakukan dengan menarik aspek pengetahuan (knowledge) dari tingkatan kognitif menjadi aspek knowledge (pengetahuan) secara tersendiri menjadi 4 aspek pengetahuan, yakni:
1.      Pengetahuan tentang fakta (factual knowledge)
2.      Pengetahuan tentang konsep (conceptual knowledge)
3.      Pengetahuan tentang prosedur (procedural knowledge)
4.      Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)

Dengan demikian, kedudukan aspek knowledge terhadap tingkatan domain kognitif seperti dapat dilihat dalam table berikut:

Aspek pengetahuan
Dimensi Kognitif
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
Pengetahuan Fakta






Pengetahuan Konsep






Pengetahuan prosedural






Pengetahuan metakognitif






Dari uraian di atas, maka perbaikan (revisi) dalam dimensi kognitif di antaranya meliputi:
1.      Adanya penggantian posisi tingkatan yakni evaluasi yang pada awalnya ditempatkan pada posisi puncak menjadi posisi kelima mengganti tingkatan sintesis yang diganti dengan mencipta (create) sebagai tingkatan aspek kognitif yang paling tinggi.
2.      Mengeluarkan aspek pengetahuan (knowledge) dari tingkatan kognitif digantikan dengan mengingat (remember); sedangkan pengetahuan itu sendiri dijadikan aspek tersendiri yang harus menaungi enam tingkatan meliputi pengetahuan (knowledge) tentang fakta, konsep, procedural dan pengetahuan metakognitif.
3.      Dimensi kognitif yang enam tingkatan diubah dari kata benda menjadi kata kerja yakni yang asalnya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Komentar saya mengenai perubahan tersebut:
Ranah Kognitif sebagaimana telah dijabarkan oleh Benjamin S Bloom, yaitu :
·         Pengertian (Knowledge)
Tahap pertama pada Taksonomi Bloom. Pada tahap ini seseorang dapat mengenali pengertian, definisi, gagasan, atau fakta- fakta dari istilah tertentu. Misalkan : Phobia adalah ? Maka pada tahap ini kita akan memaknai phobia adalah ketakutan yang berlebihan pada sesesuatu yang tidak wajar.
·         Pemahaman (Comprehension)
Pada tahap ini seseorang sudah memahami sesuatu seperti sebuah gambaran, diagram, grafik, laporan, peraturan dan lain- lain. Misalkan ketika melihat grafik statistik penyakit phobia di Indonesia seseorang sudah bisa menterjemahkan kepada pemahamannya.
·         Aplikasi (Application)
Tahap ini seseorang sudah dapat menerapkan pengertian, metode, rumus, ke aplikasi nyata. Misalkan seseorang sudah bisa menjabarkan tentang seseorang yang memiliki penyakit phobia di kehidupan nyata misalnya cemas pada sesuatu atau seseorang sudah bisa menjelaskan statistik tentang penyakit phobia di Indonesia dengan menggambar grafik statistik.
·         Analisis (Analysis)
           Selanjutnya pada tahap ini seseorang sudah dapat menganalisa informasi yang masuk dan membaginya dalam bagian- bagian. Misalnya seseorang dengan ciri- ciri menjadi cemas tiba- tiba di lingkungan luar atau di suatu acara maka seseorang sudah mampu menjawab soal tersebut dengan phobia sosial.
·         Sintesis (Synthesis)
Pada tahap ini seseorang sudah dapat menjabarkan struktur dan informasi yang belum terlihat sehingga menemukan sebuah solusi dari persoalan. Misalkan phobia sosial maka seseorang dapat menjabarkan faktor- faktor dari phobia sosial misal faktor traumatic masa lalu, kondisi keluarga yang tidak mendukung, dll. Sehingga dapat ditemukan sebuah solusi.
·         Evaluasi (evaluation)
Pada tahap ini seseorang sudah dapat menjabarkan solusi yang dipersoalkan dan memilih solusi- solusi yang tepat. Misalkan phobia sosial solusinya dengan menggunakan terapi CBT, obat psikotropica, dll.

Di dalam versi terbarunya Taksonomi Bloom terjadi beberapa perubahan yaitu :
Ø  Remembering, pada tahap ini seseorang mampu mengingat kembali pengertian, informasi yang masuk.
Ø  Understanding, pada tahap ini seseorang dapat memahami, menjabarkan, atau menegaskan akan informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri, memberi contoh, dll.
Ø  Creating, pada tahap teratas ini seseorang bisa memadukan berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru.



5.      Ambil salah satu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran yang Anda minati kemudian menjabarkannya dalam beberapa indikator hasil belajar, sehingga Anda merasa yakin  bahwa SK dan KD itu dapat tercapai.

Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas/ Semester           : IV / 2
Standar Kompetensi   : 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
Kompetensi Dasar       : 5.1 Mengurutkan bilangan bulat
Indikator                     - menunjukkan penerapan bilangan negatif dalam masalah                        sehari-hari.
-          Membilang dan menulis lambing bilangan bulat
-          Memberi contoh bilangan bulat positif dan negatif
-          Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
-          Membandingkan dua bilangan bulat
-          Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar
-          Menentukan lawan suatu bilangan
Tujuan Pembelajaran – siswa dapat menunjukkan penerapan bilangan negatif dalam masalah sehari- hari.
-          Siswa dapat membilang dan menulis lambing bilangan bulat
-          Siswa dapat Memberi contoh bilangan bulat positif dan negatif
-          Siswa dapat Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
-          Siswa dapat Membandingkan dua bilangan bulat
-          Siswa dapat Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar
-          Siswa dapat Menentukan lawan suatu bilangan
Materi                          : Bilangan bulat
Metode                        : informasi, Demonstrasi, Diskusi, dan tanya jawab.

v  Karakter siswa yang diharapkan :   Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ) , tekun ( diligence )  dan  Tanggung jawab ( responsibility )


Langkah-langkah Pembelajaran
§  Kegiatan awal
Apresepsi dan  Motivasi
-      Mengingat kembali konsep Mengurutkan bilangan bulat
-      Melakukan game yang berhubungan dengan Mengurutkan bilangan bulat dari bilangan
§  Kegiatan Inti
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Siswa dapat Menjelaskan cara membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat pada garis bilangan
§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Mencontohkan langkah mengerjakan latihan
F Memeriksa pekerjaan siswa dan menugaskan untuk mengerjakan di depan
F Tanya jawab
§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
§  Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F Memberikan latihan soal
F Memberikan soal Pekerjaan Rumah
F Menutup pelajaran


Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
o Menerapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari
o Membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat
o Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
o Mengenal lawan suatu bilangan
o Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar

Tugas Individu
dan Kelompok



Laporan buku pekerjaan rumah





o Terapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari ?
o Bacakanlah dan Tuliskanlah lambang bilangan bulat ?
o Tentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan ?
o Kenalkanlah  lawan suatu bilangan ?
o Kurutkanlah sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar ?

Buku Sumber
Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David McKay.
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York: McMillan Publishing.
Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasind
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media