Sepuluh
Karakter Suami Ideal
Karakter pertama, suami ideal memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki
cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat
menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan perbuatannya
setiap hari. Para suami selalu memiliki catatan yang sama, bahwa istri mereka
amat sangat cerewet. Terlalu banyak bicara, terlalu banyak komentar, dan suka
memberi nasihat tanpa diminta. Namun sebagai suami, kita tidak layak mencaci
maki, memarahi dan membenci istri.
Jika tidak suka dengan perkataan
atau perbuatannya, nasihati, ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih
sayang. Jika melihat ada kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus
kita untuk mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi
kekurangan yang dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku
kasar dan menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan
kasih sayang untuk istri Anda.
Karakter kedua, suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah
mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah
yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah yang
menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan pendapat
dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui kesalahan yang
dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan kesalahan dan
kekurangan istri?
Itulah yang disebut dengan ego. Ada
ego lelaki, ada ego perempuan. Dalam suatu pertengkaran antara suami istri, ego
masing-masing memuncak tinggi. Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang
mendahului meminta maaf, tidak ada yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam
setiap konflik dan pertengkaran suami istri, selalu ada andil kesalahan dari
kedua belah pihak. Keduanya mesti memiliki andil dalam menciptakan suasana
konflik. Maka, tundukkan selalu ego Anda, untuk istri Anda tercinta, demi
keharmonisan rumah tangga.
Karakter ketiga, suami ideal mampu membahagiakan istri, dan merasa senang
jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka
akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Istri merasa nyaman dan
tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih optimal dalam menunaikan
berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan mendukung berbagai
keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.
Yang perlu diketahui para suami,
membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua yang diinginkan
istri, namun bab bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya. Inilah hakikat yang
lebih utama dan penting. Para suami sangat penting mengetahui jalan untuk
menyentuh hati dan perasaan istri, sehingga lebih bisa menyelami hal-hal apakah
yang membahagiakan jiwanya, apakah yang menenteramkan hatinya, apakah yang
sangat diharapkannya.
Bahagiakan selalu istri Anda, dan
lihatlah hasilnya, ia akan bersedia memberikan bantuan apapun yang Anda minta.
Karakter keempat, suami ideal selalu fokus melihat sisi kebaikan dan
kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna,
dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki kekurangan. Sebagaimana
juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan dan kekurangan saja, tanpa
memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.
Semenjak awal pernikahan, seharusnya
sudah ada kesadaran yang tertanam dalam diri suami dan istri, bahwa pasangan
hidupnya bukanlah malaikat, bukanlah manusia super yang terbebas dari
kelemahan. Para suami hendaknya menyadari, istri yang dinikahi itu hanyalah
perempuan biasa saja, yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk
itulah Tuhan mengutus Anda untuk melengkapi kekurangannya, untuk memperbaiki
sisi kelemahannya.
Lupakan saja berbagai kekurangan dan
kelemahannya, fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihannya.
Karakter kelima, suami ideal memiliki peta kasih yang lengkap terhadap
istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang pasangan akan memberikan banyak
sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah menumbuhsuburkan cinta dan
kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya. Dengan mengenal secara
mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang muncul adalah suasana
saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara mereka. Tidak ada
sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk perubahan sekecil
apapun telah mereka ketahui bersama.
Cara yang paling sederhana untuk
mengetahui detail perubahan dan perkembangan adalah dengan selalu mengobrol
setiap saat, setiap waktu. Biasakan mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa
perlu membatasi atau menentukan tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A
sampai Z, semua bisa diobrolkan oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol
itulah berbagai hal bisa diketahui oleh pasangan. Suami menjadi mengerti
pikiran istri, dan istri bisa mengerti pikiran suami.
Karakter keenam, suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh.
Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa
yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Jika
pada kondisi seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata yang
menyakitkan, menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti fisik
istri, artinya Anda menjauh.
Jika istri Anda tengah mengeluhkan
sesuatu kepada Anda, bagaimanakah Anda merespon keluhannya? Jika Anda cepat
mengkritik, bahkan cepat menyalahkan istri, itu pertanda Anda menjauh darinya.
Anda tidak berusaha untuk mendekat dan menenteramkan hatinya, namun justru
membuat garis pemisah yang semakin tajam antara Anda dengan istri Anda.
Sebagai suami, teruslah berusaha
mendekat istri, jangan menjauh. Saat istri tampak emosional dan marah-marah,
dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi
dengan kemarahan, emosi dan apalagi kekerasan serta kekasaran sikap.
Mendekatlah terus kepada istri, dan jangan menjauh.
Karakter ketujuh, suami ideal memiliki keterampilan praktis kerumahtanggaan.
Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istri,
sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang tidak memiliki
tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di rumah langsung
istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah dalam menjalankan
kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan praktis kerumahtanggaan
dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.
Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan
praktis kerumahtanggaan itu sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku
tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara suami,
istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga). Lebih
khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam rumah,
agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan.
Bagilah peran secara berkeadilan,
melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang, bukan pemaksaan
kehendak atau intimidasi. Semua untuk menjaga cinta dan kasih sayang dalam
kehidupan keluarga.
Karakter kedelapan, suami ideal memberikan kesempatan dan dorongan kepada
istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk
menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga
untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru
dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan
dari suami dan istri.
Definisikan format prestasi, dan
sepakati bersama dalam keluarga. Setelah ada kesepakatan, maka dukung dan
doronglah istri untuk berprestasi. Rayakanlah setiap keberhasilan dan capaian
prestasi suami dan istri, dalam suasana kehangatan cinta dan kasih sayang.
Apabila suami mencapai peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan dorongan
istri serta anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu karena
dukungan dan dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira,
berbangga dan mampu merayakannya.
Karakter kesembilan, suami ideal selalu tampak “young and fresh” di
hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang perfect,
seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan
menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak
memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau keringat yang menyengat, penampilan
yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian dan keserasian dalam berpakaian,
menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.
Tidak layak semua tenaga, pikiran
dan perhatian Anda habiskan di kantor dan di tempat berkegiatan di luar rumah.
Sementara Anda pulang dengan membawa tenaga sisa, pikiran sisa, hati sisa, dan
perhatian sisa. Cinta dan kasih sayang seperti apa yang Anda harapkan tumbuh
berkembang di dalam kehidupan keluarga apabila semua dibangun di atas
sisa-sisa?
Jangan bawa beban masalah dari luar
rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari
melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan
bergairah menemui istri serta anak-anak.
Karakter kesepuluh, suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan
kembali makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau
ikatan. Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan
perjanjian agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh orang
tua, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara. Sedemikian sakral
prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya.
Motivasi menikah adalah ibadah,
bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis
administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan
dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat melaksanakan akad nikah di
depan petugas pernikahan. Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, ikatan ini
bisa mengendur dan melemah, maka harus selalu disegarkan dan dikuatkan.
Demikianlah ringkasan keterangan
sepuluh karakter suami ideal. Semoga ada manfaatnya untuk membawa kita menuju
kondisi yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar