Mata
Kuliah : Landasan Pembelajaran
Program
Studi : Teknologi Pembelajaran
Dosen : Prof.Dr.H.Wina Sanjaya,M.Pd.
Sufat : Take home exam
Nomor
soal : 2
Tujuan merupakan salah satu komponen penting dalam
proses pembelajaran. Melalui tujuan guru dapat lebih mendesain proses
pembelajaran. Dilihat dari hirarkhisnya tujuan pembelajaran itu terdiri atas
tujuan yang sangat umum yang diistilahkan dengan aim atau purpose. Tujuan
seperti ini selain bersifat filosofis juga bersifat politis, dan ada juga tujuan
institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran baik disitilahkan
dengan goals dan objective,
yang salah satu sifatnya adalah rumusan
tingkah lakunya yang observable. Dilihat dari jeninya, Bloom membaginya dalam
tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, yang sekarang telah direvisi oleh
Anderson. Anda diminta untuk:
1. Mendeskripsikan
secara rasional pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran serta menggambarkan
keterkaitan antara tujuan dalam sebuah bagan yang jelas disertai keterangannya.
2. Menemukan
keterkaitan antara tujuan dengan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi
dasar maumpun indikator hasil belajar.
3. Menguraikan
komponen-komponen dalam rumusan tujuan pembelajaran disertai contohnya.
4. Mendeskripsikan beberapa perubahan rumusan tujuan Bloom oleh Anderson dan bagaimana komentar
Anda tentang perubahan tersebut.
5. Mengambil
salah satu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi
sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran yang Anda minati kemudian
menjabarkannya dalam beberapa indikator hasil belajar, sehingga Anda merasa
yakin bahwa SK dan KD itu dapat
tercapai.
Catatan:
1.
Jawaban ditik dengan jarak 1,5 spasi pada
kertas A4 ukuran kuarto dengan jenis huruf Times New Roman ukuran 12.
2.
Jawaban (hard copy-nya) dikumpulkan beserta tugas laporan Buku pada tanggal 16
Februari 2012
3.
Cantumkan buku sumber yang menjadi rujukan
untuk menjawab soal di atas.
Selamat Bekerja
JAWABAN UJIAN TENGAH
SEMESTER
Tujuan merupakan
salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Melalui tujuan guru
dapat lebih mendesain proses pembelajaran. Dilihat dari hirarkhisnya tujuan
pembelajaran itu terdiri atas tujuan yang sangat umum yang diistilahkan dengan aim atau purpose. Tujuan seperti ini selain bersifat filosofis juga bersifat
politis, dan ada juga tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan
pembelajaran baik disitilahkan dengan goals
dan objective, yang salah satu sifatnya
adalah rumusan tingkah lakunya yang observable. Dilihat dari jeninya,
Bloom membaginya dalam tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, yang sekarang
telah direvisi oleh Anderson. Anda diminta untuk:
1. Mendeskripsikan secara
rasional pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran serta menggambarkan
keterkaitan antara tujuan dalam sebuah bagan yang jelas disertai keterangannya.
Komponen tujuan memiliki fungsi yang sangat penting dalam system
pembelajaran. Kalau kita ibaratkan, tujuan adalah komponen jantungnya dalam
system tubuh manusia. Karena terjadinya proses pembelajaran manakala terdapat
tujuan yang harus dicapai. Dengan demikian, sebagai kegiatan yang bertujuan,
maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan
merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan
tujuan mrupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah
perencanaan program pembelajaran.
Gambar diatas tentang tujuan
sebagai sentral pembelajaran
Ada beberapa alasan, mengapa
tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran. Pertama,
rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian
tujuan merupakan indicator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa
dalam melaksanakan aktivitas belajar. Sekaitan dengan itu, guru juga dapat
merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk
membantu siswa belajar. Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam
mendesain system pembelajaran. Artinya dengan tujuan yang jelas dapat membantu
guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran,
alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat
evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Keempat, tujuan pembelajaran
dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas
pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana
siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan
kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap
siswa dan kualitas suatu sekolah.
2. Menemukan keterkaitan
antara tujuan dengan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar
maumpun indikator hasil belajar.
Tujuan itu bersifat kompleks, artinya kurikulum berdasarkan kompetensi
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap
dan minat siswa, agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam
kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman dan penguasaan materi itu dapat
mempengaruhi cara bertindak dan bertingkahlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar atau Standar Kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang
harus dicapai oleh anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada
setiap jenjang pendidikan yang diikutinya. Dengan demikian, dalam suatu mata
pelajaran terdapat beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai sebagai
criteria pencapaian standar kompetensi. Kompetensi sebagai tujuan pembelajaran
itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam
pencapaian tujuan kurikulum.
Kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
perilaku yang bersifat umum sehingga masih sulit diukur ketercapaiannya. Tugas
guru dalam mengembangkan program perencanaan salah satunya adalah menjabarkan
kompetensi dasar menjadi indicator hasil belajar. Indikator hasil belajar
inilah yang menjadi kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi dasar.
Indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Dengan demikian, indicator hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat
diobservasi (observable). Artinya, apa hasil yang diperoleh setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran.
3. Menguraikan
komponen-komponen dalam rumusan tujuan pembelajaran disertai contohnya.
Ada empat komponen pokok yang harus tampak dalam rumusan indikator hasil
belajar seperti yang digambarkan dalam pertanyaan berikut:
1) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai
tujuan atau mencapai hasil belajar itu?
2) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang
diharapkan dapat dicapai itu?
3) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat
ditampilkan?
4) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh?
Pertanyaan pertama,
berhubungan dengan subjek belajar. Rumusan indicator hasil belajar sebaiknya
mencantumkan subjek yang melakukan proses belajar, misalkan siswa, peserta
belajar, peserta penataran dan lain sebagainya. Penentuan subjek ini sangat
penting menunjukkan sasaran belajar.
Pertanyaan kedua berhubungan
dengan tingkah laku yang harus muncul sebagai indicator hasil belajar setelah
subjek mengikuti atau melaksanakan proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai
hasil belajar itu dirumuskan dalam bentuk kemampuan atau kompetensi yang dapat
diukur atau yang dapat ditampilkan melalui performance
siswa. Any learner performance, action,
or operation which is observable. Melalui kemampuan yang terukur itu dapat
ditentukan apakah belajar yang dilakukan oleh siswa sudah berhasil mencapai
tujuan atau belum. Istilah-istilah tingkah laku yang dapat diukur sehingga
menggambarkan indicator hasil belajar itu diantaranya: mengidentifikasi (identify), menyebutkan (name), menyusun (construct), menjelaskan (describe),
mengatur (order), dan membedakan (different). Sedangkan istilah untuk
tingkah laku yang tidak terukur sehingga kurang tepat dijadikan sebagai tingkah
laku dalam tujuan pembelajaran karena tidak menggambarkan indicator hasil
belajar, misalnya: mengetahui, menerima, memahami, mencintai, mengira-ngira dan
sebagainya.
Pertanyaan ketiga berhubungan
dengan kondisi atau dalam situasi dimana subjek dapat menunjukkan kemampuannya.
The situation in which the behavior occurs. Rumusan tujuan pembelajaran yang
baik harus dapat menggambarkan dalam situasi dan keadaan yang bagaimana subjek
dapat mendemonstrasikan performance-nya.
Pertanyaan keempat
berhubungan dengan standar kualitas dan kuantitas hasil belajar. Artinya
standar minimal yang harus dicapai oleh siswa. Standar minimal ini
kadang-kadang harus tercapai seluruhnya atau 100%, namun kadang-kadang juga
hanya sebagian saja. Kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan teknis atau
skill, misalnya biasanya standar minimal harus seluruhnya tercapai sebab kalau
tidak akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Seorang calon dokter
misalnya, tentu saja harus memiliki keterampilan 100% menggunakan pisau
bedahnya; demikian juga seorang pilot, harus memiliki kemampuan yang utuh
tentang kemampuan yang diajarkannya; seorang pembuat komponen kendaraan
misalnya pembuat baut, harus dapat mencapai hasil yang maksimal tentang
keterampilannya, sebab jika tidak dapat mempengaruhi produk yang dihasilkannya.
Namun demikian, seorang siswa SMP tidak seharusnya menunjukkan kemampuan
maksimal 100% dari hasil belajar yang diharapkan. Misalkan diajarkan 3 jenis
sistem pemerintahan yang diharapkan siswa dapat menjelaskan dua diantaranya
dengan baik dan benar. Dari rumusan tersebut, jelas adanya batas minimal yang
harus dikuasai. Contoh lainnya, misalnya diajarkan 5 teori tentang asal-usul
kehidupan, diharapkan siswa dapat menyebutkan 3 diantaranya.
Dari keempat kriteria atau komponen dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, maka sebaiknya rumusan tujuan pembelajaran mengandung unsure
ABCD, yaitu Audience, Behavior, Condition
dan Degree.
4. Mendeskripsikan beberapa perubahan rumusan tujuan Bloom oleh Anderson dan bagaimana komentar
Anda tentang perubahan tersebut.
Tingkatan tujuan koognitif menurut Bloom, yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Klasifikasi tujuan menurut Bloom
sifatnya berjenjang, artinya setiap tujuan yang ada di bawahnya merupakan
persyaratan untuk tujuan berikutnya. Oleh sebab itu, tujuan yang berhubungan
dengan pengetahuan merupakan tujuan yang paling rendah; sedangkan kemampuan
mengevaluasi dalam aspek kognitif merupakan tujuan tertinggi.
|
|
|
Disamping itu revisi juga dilakukan dengan menarik aspek pengetahuan (knowledge) dari tingkatan kognitif
menjadi aspek knowledge (pengetahuan)
secara tersendiri menjadi 4 aspek pengetahuan, yakni:
1. Pengetahuan tentang fakta (factual knowledge)
2. Pengetahuan tentang konsep (conceptual knowledge)
3. Pengetahuan tentang prosedur (procedural knowledge)
4. Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)
Dengan demikian, kedudukan
aspek knowledge terhadap tingkatan domain kognitif seperti dapat dilihat dalam
table berikut:
Aspek pengetahuan
|
Dimensi Kognitif
|
|||||
Mengingat
|
Memahami
|
Menerapkan
|
Menganalisis
|
Mengevaluasi
|
Mencipta
|
|
Pengetahuan
Fakta
|
|
|
|
|
|
|
Pengetahuan
Konsep
|
|
|
|
|
|
|
Pengetahuan
prosedural
|
|
|
|
|
|
|
Pengetahuan
metakognitif
|
|
|
|
|
|
|
Dari uraian di atas, maka
perbaikan (revisi) dalam dimensi kognitif di antaranya meliputi:
1. Adanya penggantian posisi tingkatan yakni evaluasi
yang pada awalnya ditempatkan pada posisi puncak menjadi posisi kelima
mengganti tingkatan sintesis yang diganti dengan mencipta (create) sebagai
tingkatan aspek kognitif yang paling tinggi.
2. Mengeluarkan aspek pengetahuan (knowledge) dari
tingkatan kognitif digantikan dengan mengingat (remember); sedangkan
pengetahuan itu sendiri dijadikan aspek tersendiri yang harus menaungi enam
tingkatan meliputi pengetahuan (knowledge) tentang fakta, konsep, procedural
dan pengetahuan metakognitif.
3. Dimensi kognitif yang enam tingkatan diubah dari kata
benda menjadi kata kerja yakni yang asalnya pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi menjadi mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Komentar saya mengenai perubahan tersebut:
Ranah Kognitif sebagaimana telah dijabarkan oleh
Benjamin S Bloom, yaitu :
·
Pengertian (Knowledge)
Tahap
pertama pada Taksonomi Bloom. Pada tahap ini seseorang dapat mengenali
pengertian, definisi, gagasan, atau fakta- fakta dari istilah tertentu.
Misalkan : Phobia adalah ? Maka pada tahap ini kita akan memaknai phobia adalah
ketakutan yang berlebihan pada sesesuatu yang tidak wajar.
·
Pemahaman (Comprehension)
Pada tahap
ini seseorang sudah memahami sesuatu seperti sebuah gambaran, diagram, grafik,
laporan, peraturan dan lain- lain. Misalkan ketika melihat grafik statistik
penyakit phobia di Indonesia seseorang sudah bisa menterjemahkan kepada
pemahamannya.
·
Aplikasi (Application)
Tahap ini seseorang sudah dapat menerapkan pengertian,
metode, rumus, ke aplikasi nyata. Misalkan seseorang sudah bisa menjabarkan
tentang seseorang yang memiliki penyakit phobia di kehidupan nyata misalnya
cemas pada sesuatu atau seseorang sudah bisa menjelaskan statistik tentang
penyakit phobia di Indonesia dengan menggambar grafik statistik.
·
Analisis (Analysis)
Selanjutnya
pada tahap ini seseorang sudah dapat menganalisa informasi yang masuk dan
membaginya dalam bagian- bagian. Misalnya seseorang dengan ciri- ciri menjadi
cemas tiba- tiba di lingkungan luar atau di suatu acara maka seseorang sudah
mampu menjawab soal tersebut dengan phobia sosial.
·
Sintesis (Synthesis)
Pada tahap
ini seseorang sudah dapat menjabarkan struktur dan informasi yang belum
terlihat sehingga menemukan sebuah solusi dari persoalan. Misalkan phobia
sosial maka seseorang dapat menjabarkan faktor- faktor dari phobia sosial misal
faktor traumatic masa lalu, kondisi keluarga yang tidak mendukung, dll.
Sehingga dapat ditemukan sebuah solusi.
·
Evaluasi (evaluation)
Pada tahap
ini seseorang sudah dapat menjabarkan solusi yang dipersoalkan dan memilih
solusi- solusi yang tepat. Misalkan phobia sosial solusinya dengan menggunakan
terapi CBT, obat psikotropica, dll.
Di dalam versi terbarunya Taksonomi Bloom terjadi
beberapa perubahan yaitu :
Ø
Remembering, pada tahap ini
seseorang mampu mengingat kembali pengertian, informasi yang masuk.
Ø
Understanding, pada tahap ini
seseorang dapat memahami, menjabarkan, atau menegaskan akan informasi yang
masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri, memberi contoh, dll.
Ø
Creating, pada tahap teratas ini
seseorang bisa memadukan berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga
terjadi sesuatu bentuk yang baru.
5. Ambil salah satu Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi sesuai dengan
bidang studi atau mata pelajaran yang Anda minati kemudian menjabarkannya dalam
beberapa indikator hasil belajar, sehingga Anda merasa yakin bahwa SK dan KD itu dapat tercapai.
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV / 2
Standar Kompetensi : 5.
Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
Kompetensi Dasar : 5.1
Mengurutkan bilangan bulat
Indikator -
menunjukkan penerapan bilangan negatif dalam masalah sehari-hari.
-
Membilang dan
menulis lambing bilangan bulat
-
Memberi contoh
bilangan bulat positif dan negatif
-
Menentukan letak
bilangan bulat pada garis bilangan
-
Membandingkan
dua bilangan bulat
-
Mengurutkan
sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar
-
Menentukan lawan
suatu bilangan
Tujuan Pembelajaran – siswa
dapat menunjukkan penerapan bilangan negatif dalam masalah sehari- hari.
-
Siswa dapat
membilang dan menulis lambing bilangan bulat
-
Siswa dapat
Memberi contoh bilangan bulat positif dan negatif
-
Siswa dapat Menentukan
letak bilangan bulat pada garis bilangan
-
Siswa dapat
Membandingkan dua bilangan bulat
-
Siswa dapat
Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar
-
Siswa dapat
Menentukan lawan suatu bilangan
Materi : Bilangan bulat
Metode : informasi,
Demonstrasi, Diskusi, dan tanya jawab.
v
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline
), Rasa hormat dan perhatian ( respect )
, tekun ( diligence
) dan
Tanggung jawab ( responsibility )
Langkah-langkah Pembelajaran
§ Kegiatan awal
Apresepsi dan Motivasi
-
Mengingat kembali konsep Mengurutkan bilangan bulat
-
Melakukan game yang berhubungan dengan Mengurutkan bilangan bulat dari bilangan
§ Kegiatan Inti
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Siswa dapat Menjelaskan cara membaca dan
menuliskan lambang bilangan bulat pada garis bilangan
§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Mencontohkan langkah mengerjakan latihan
F Memeriksa pekerjaan siswa dan menugaskan untuk
mengerjakan di depan
F Tanya jawab
§ Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan
§ Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup,
guru:
F Memberikan latihan soal
F Memberikan soal Pekerjaan Rumah
F Menutup pelajaran
Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
o Menerapkan bilangan bulat negatif dalam
kehidupan sehari-hari
o Membaca dan menuliskan lambang bilangan
bulat
o Menentukan letak bilangan bulat pada garis
bilangan
o Mengenal lawan suatu bilangan
o Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari
terkecil atau terbesar
|
Tugas Individu
dan Kelompok
|
Laporan buku
pekerjaan rumah
|
o Terapkan bilangan bulat negatif dalam
kehidupan sehari-hari ?
o Bacakanlah dan Tuliskanlah lambang bilangan
bulat ?
o Tentukan letak bilangan bulat pada garis
bilangan ?
o Kenalkanlah
lawan suatu bilangan ?
o Kurutkanlah sekelompok bilangan bulat dari
terkecil atau terbesar ?
|
Buku Sumber
Bloom, B. S.
ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive
Domain. New York: David McKay.
Abin
Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi
Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Gendler,
Margaret E..1992. Learning &
Instruction; Theory Into Practice. New York: McMillan Publishing.
Moh. Surya.
1997. Psikologi Pembelajaran dan
Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung.
Muhibbin
Syah. 2003. Psikologi Belajar.
Jakarta : PT Raja Grafindo.
Nana Syaodih
Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi
Proses Pendidikan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
W. Gulo.
2005. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Grasind
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar